Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Seorang Ibu Kehilangan Jati Diri, Bagaimana Cara Mengatasinya?

https://www.ceritaiburumahtangga.com/2024/02/seorang-ibu-kehilangan-jati-diri.html

Setuju atau tidak, setelah 6 tahun menjadi ibu akhirnya saya sadar bahwa saya sudah kehilangan sosok "saya". Entah hal ini dialami juga oleh ibu bekerja atau tidak. Kebetulan, semenjak menjadi ibu, saya juga menjadi full time ibu rumah tangga yang tentu saja circlenya semakin kecil. That's why, wajar jika saya merasa kehilangan banyak dari dunia saya sebelumnya. Lalu, bagaimana cara mengatasi ketika seorang ibu merasa kehilangan jati diri? 

Seorang Ibu Kehilangan Jati Diri, Bagaimana Cara Mengatasinya?

Menjadi Ibu, Status Baru, Jati Diri Baru

Jujur, saat anak pertama lahir, saya sangat bahagia dengan hal tersebut. Bagaimana tidak, hari - hari saya jadi penuh warna dengan segala roller coaster mengasuh bayi mungil dengan tangan sendiri. Sebagai ibu baru, saya sangat menikmati meskipun tentu saja di dalamnya tak selalu penuh tawa. Sering saya menangis dan marah karena berbagai hal. Pokoknya, nano - nano sekali.

https://www.ceritaiburumahtangga.com/2024/02/seorang-ibu-kehilangan-jati-diri.html

Kalau ditanya kangen nggak dengan kehidupan sebelum punya anak? tentu saja kangen tetapi rasa kangen tersebut hanya sedikit, lebih banyaknya adalah saya menikmati dan mensyukuri apa yang saya jalani saat ini yaitu menjadi full time ibu rumah tangga.

Namun, setelah kelahiran anak kedua, barulah saya merasa kalau hidup saya tidak baik - baik saja. Disclaimer dulu, saya tidak menyalahkan kehadiran anak kedua saya ya. Tentu saja saya sangat bahagia dengan bertambahnya anggota keluarga baru, hanya saja situasi dan kondisinya yang membuat saya kurang nyaman.

Ya, anak kedua saya lahir berselang 4 tahun kurang sejak anak kelahiran anak pertama. Sebenarnya, jarak kelahiran anak pertama dan kedua ini tidak terlalu mepet karena banyak ibu - ibu diluar sana yang jarak kelahiran anaknya lebih dekat. Mungkin, hal ini terasa berat saya jalani karena harus LDR dengan suami. Jadi, rasa capeknya tuh berlipat - lipat. Sudah capek mengurus anak sendirian, ketemu dengan suami juga cuma sebulan 2 kali. Sialnya lagi, suami saya juga bukan tipe yang romantis lewat ucapan apalagi chat atau telpon. Padahal, komunikasi via telpon adalah jalan ninja bagi kaum LDR. Alhasil, saya merasa hari - hari saya yang sangat lelah mengurus anak, jadi semakin tidak menyenangkan.

Saya yang dulunya adalah wanita aktif, suka mencoba banyak hal dan sering ketemu banyak orang, sekarang harus menjadi manusia baru. Menjadi ibu dua anak yang kesehariannya full time dirumah. Bukan tidak ingin pergi jalan - jalan dengan anak. Alhmdulillah, kendaraan ada dan saya pun bisa menyetir. Namun, bepergian dengan anak ternyata tidak selalu menyenangkan seperti postingan orang - orang di sosial media. Menurut saya, bepergian dengan anak hanyalah membuat saya capek. Alih - alih ingin healing, yang ada malah pusing! 

Bukan membela diri sendiri, tapi saya memang harus mengakui kalau semenjak menjadi ibu, saya kehilangan banyak hal dalam hidup saya. Selain kehilangan jati diri, saya juga kehilangan karir, teman - teman serta waktu. Please, jangan bandingkan saya dengan ibu - ibu lain yang masih tetap menjadi dirinya sendiri setelah punya anak. Mungkin saja mereka supoort systemnya banyak.

Ibu Kehilangan Jati Diri? Beginilah Cara Mengatasinya

1. Speak Up

Dulu, saya tidak berani speak kepada siapapun kalau saya tidak baik - baik saja. Saya selalu berusaha menutupi dan menganggap rasa capek dan jenuh menjadi ibu adalah hal yang lumrah. Memang, capek dan jenuh itu wajar. Siapapun kamu dan apapun status kamu, rasa capek dan jenuh akan selalu ada. Namun sayangnya, rasa capek dan jenuh sebagai ibu sering dianggap bukanlah sesuatu yang membahayakan. Banyak orang beranggapan terutama mereka yang fikirannya "ngolot" bahwa capeknya seorang ibu itu adalah sebuah fitrah. Ya, fitrah seorang perempuan versi "ngolot" adalah mengurus anak dan rumah tangga. Maka, ketika ada ibu yang ingin me time tanpa anak atau ada ibu yang dirumah ngasuh anak sambil main hp, biasanya jadi sasaran empuk para netizen. Padahal, menurut saya sih sah - sah saja selama tidak mengabaikan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.

https://www.ceritaiburumahtangga.com/2024/02/seorang-ibu-kehilangan-jati-diri.html

Kepada siapakah seorang ibu bisa mencurahkan segala isi hatinya? Jika memang suaminya tipe pendengar yang baik, lebih baik curhat ke suami karena rahasia akan lebih terjaga. Namun, jika suaminya tidak bisa menjadi pendengar yang baik, bisa curhat ke orang terdekat yang bisa dipercaya. Jika memang tidak ada orang yang bisa dipercaya, tidak ada salahnya untuk konsul online ke psikolog. Saya pernah konsul online ke psikolog via Alodokter dan sangat worth it karena saya benar - benar bisa menumpahkan segala keluh kesah saya pada ahlinya meskipun hanya via chat. Benar saja, ternyata saya mengalami capek tanpa saya sadari. Psikolog pun menyarankan saya untuk mengatur waktu agar saya bisa punya waktu untuk diri sendiri.

2. Me Time

Meski terdengar sederhana, tetapi meluangkan waktu untuk diri sendiri bagi saya adalah sesuatu yang tidak mudah. Kesibukan mengurus dua anak sendiri dan segala tektek bengeknya memang sangat menyita waktu, tenaga dan fikiran. Ya, walaupun pekerjaan mengasuh anak memang terlihat seperti main - main. Ditambah lagi, anak - anak saya tergolong anak yang susah tidur siang. Maka, kegiatan mengasuh anak pun seakan tanpa jeda. Memang, malam hari merupakan waktu yang tepat untuk saya melakukan misi "me time", tetapi segala rencana akan kalah oleh rasa lelah dan ngantuk. Untuk urusan me time, saya memang belum menemukan ritme yang tepat seperti apa. Saya bisa me time dengan tenang tetapi anak - anak tidak terabaikan. Semoga masalah ini akan segera menemukan solusinya karena saya dan suami akan mengakhiri drama LDM ( Long Distance Marriage ).

3. Buat Skala Prioritas

Semua ibu pasti setuju kalau pekerjaan rumah tangga itu tidak ada habisnya. Mulai dari membuka mata hingga mata terpejam kembali. Bahkan, sebelum tidur pun sering banget kefikiran besok mau masak apa. Padahal, tubuh dan fikiran butuh istirahat setelah seharian terus bekerja. Maka, salah satu solusi untuk meringankan pekerjaan seorang ibu yaitu dengan membuat skala prioritas. Hal ini juga disarankan oleh psikolog saat dulu saya berkonsultasi secara online. Memang semua pekerjaan rumah tangga itu dirasa penting, tetapi sebaiknya ibu harus bisa memilih pekerjaan mana yang bisa didelegasikan ke orang lain supaya ibu punya waktu untuk beristirahat atau sekedar me time tipis - tipis. Misalnya, masak yang tadinya sehari 3 kali bisa dipangkas menjadi 2 kali sehari. Mencuci pakaian bisa dialihkan ke jasa laundry dan banyak lagi cara untuk mengurangi beban pekerjaan rumah tangga. Tentunya, hanya kita yang tahu pekerjaan mana yang bisa didelegasikan atau tidak. Saya pribadi, agak susah mendelegasikan kegiatan masak karena anak - anak sudah terbiasa dengan masakan rumahan ala saya. Namun, saya jadi memangkas kegiatan mencuci pakaian yang tadinya tiap hari sekarang jadi 2 - 3 hari sekali.

https://www.ceritaiburumahtangga.com/2024/02/seorang-ibu-kehilangan-jati-diri.html

Itulah sedikit cerita saya setelah kurang lebih 6 tahun menjadi full time ibu rumah tangga dengan segala macam drama. Finally, saya berani bilang bahwa menjadi full time ibu rumah tangga itu tidak mudah. Tak hanya banjir cacian dari sekitar terlebih untuk ibu yang punya ijazah seperti saya. Katanya, sekolah tinggi - tinggi kok percuma cuma jadi ibu rumah tangga. Belum lagi, perang batin antara dengan diri saya sendiri. Satu sisi, saya merasa bangga sudah ada di titik ini. Namun di sisi lain, tak jarang saya merasa sedih karena ternyata banyak yang sudah saya korbankan untuk bisa sampai di titik ini. Ah, sudahlah. Mari serahkan semuanya kepada pemilik langit dan bumi. Saya yakin, apa yang terjadi saat ini merupakan bagian dari takdirnya. Insyaallah besok lusa akan ada hadiah besar dari Allah. Semangat terus ya, Ibu.


Posting Komentar untuk "Seorang Ibu Kehilangan Jati Diri, Bagaimana Cara Mengatasinya?"